Sabtu, Mei 24, 2008

Bukankah Ukhuwah itu Memang Indah???

Hari senin tanggal 19 Mei kemarin saya harus pulang kantor dengan menggunakan bis umum karena bis jemputan yang biasanya saya naiki sedang direparasi. Saya agak telat pulang karena waktu itu saya turun dari lantai 10 dengan menggunakan tangga (lumayan capek sih tapi nyenengin). Dengan separo berlari saya segera menuju ke gerbang kantor berharap ada kopaja 66 yang menanti saya disana. Tapi ternyata saya harus menunggu beberapa lama. Bis yang saya nantipun akhirnya datang. Tak butuh waktu lama untuk sampai di Blok M walaupun lalu lintas saat itu cukup padat. Saya masih menganggap itu waktu tempuh normal dengan bis pada saat peak-hour.

Di Blok M saya segera mencari Metromini 71, bis yang saya nanti tiba dan ternyata kosong jadi saya bisa mencari tempat duduk impian (dekat jendela dan jendela itu bisa dibuka). Agak sebel juga naik bis ini. Tau kenapa??? Bis ini menerobos jalur kanan dua kali yaitu di perempatan Gandaria dan pertigaan Gandaria-Arteri PI. Ingin sekali marah sama Bang Sopir hanya saja posisi saya tak memungkinkan. Akhirnya saya cuma bisa ngedumel dengan penumpang yang ada di sebelah saya. Yach beginilah angkutan Jakarta. Sah-sah saja menerobos lampu atau jalur kanan selama tidak ada polisi disitu. (inikah mentalitas masyarakat negeri ini???)

Sampailah saya di tempat tujuan yaitu rel kereta api Pasar Bintaro. Saat itu sudah maghrib jadi saya putuskan untuk Sholat dulu di masjid dekat situ. Pada saat saya hendak beranjak pulang ternyata ada kereta yang lewat, sayapun harus menunggu lama sampai palang pintu rel dibuka kembali. Saya sudah membayangkan berapa lama saya harus menunggu angkot 05 atau 09 karena biasanya setelah kereta lewat di rel ini lalu lintas bakalan macet paling tidak untuk 30 menit. Saya sih berdoanya semoga ada angkot yang bisa meloloskan diri dari kemacetan ini agar saya bisa segera pulang (Amien..).

Ternyata saya memang harus menunggu lama, 15 menit berlalu dan saya belum mendapat angkot. Di saat itulah tiba-tiba ada seorang wanita memakai jilbab lebar, jaket, helm besar, dan menutup mulutnya dengan sapu tangan (berarti si mbak itu baru berkendara jarak jauh) berhenti di dekat saya dan menawarkan tumpangan untuk saya. Saya masih agak bingung dan mencoba menerka siapakah si mbak itu, apa saya kenal? Saya menyebutkan satu nama yang kira2 punya wajah mata (hanya bagian wajah ini yang bisa saya lihat) mirip dengan si mbak tersebut. Dia menjawab bukan. Ternyata si mbak itu hendak pulang ke rumahnya di Jalan Pesantren. Memang masih jalur dengan kos-kosan saya sih. Si mbak itu memperkenalkan dirinya dengan nama Mbak Ina setelah saya bertanya siapa namanya. Akhirnya saya putuskan untuk nebeng Mbak Ina pulang karena saya tidak melihat tanda-tanda kemacetan ini akan segera selesai.

Di jalan saya tidak terlalu banyak mengobrol dengan Mbak Ina. Saya hanya berpikir betapa baiknya Mbak Ina karena bersedia memberikan tumpangan kepada seorang kawan yang sama sekali belum dia kenal. Sebenarnya saya ingin menanyakan nomor HP atau alamat lengkapnya, kalau-kalau suatu saat saya bisa menelpon atau maen ke rumahnya tapi ternyata tidak bisa karena mbak Ina harus konsentrasi menerobos kemacetan si sepanjang jalan menju ceger. Maklum selain banyak angkutan yang beroperasi disana, kualitas jalannya juga tidak bisa dibilang bagus (jelek banget malah). Saya di drop di depan komplek PJMI. Cukup singkat saya mengenal Mbak Ina karena saat itu dia segera memacu motornya dengan kencang, kondisi jalan memang sedang macet-macetnya. Saya hanya memandang dari jarak jauh orang yang telah menolong saya. Bahkan sayapun tidak bisa melihat wajahnya. Dalam hati saya berdoa semoga semakin banyak Mbak Ina – Mbak Ina yang lain di negeri ini dan di seluruh dunia yang dengan tulus menolong orang lain meskipun orang itu belum dikenalnya. Yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri (seperti sopir metromini itu) tapi bagaimana bisa hidup berdampingan dengan orang lain dengan dilandasi dengan tolong-menolong. Semoga hidupmu diberkahi Mbak dan semoga Allah memberi balasan terbaik atas segala kebaikanmu. Bukankah ukhuwah itu memang indah???

Tidak ada komentar: