Rabu, Mei 28, 2008

Gaji Sebenarnya Orang Indonesia

Tidak biasanya, Presiden Partai Keadilan Sejahtera PKS) Ir. TifatulSembiring tidak mengucapkan pantun saat memberikan kata sambutan padaseminar politik yang dihadiri oleh Prof James Fox dari Australian National University dan Jakob Oetama, tokoh pers, di Jakarta, Senin.Tifatul justru menyampaikan sebuah lelucon yang menggambarkan potret masyarakat Indonesia , yang sampai kini masih menjadi permasalahan bangsa.
Lelucon itu menceritakan dua orang yang sedang berdialog. Satu orangEropa dan satunya, sudah tentu orang Indonesia .Orang Indonesia bertanya pada orang Eropa, 'Berapa gajimu dan untukapa saja uang sejumlah itu?'Orang Eropa menjawab, 'Gaji saya 3.000 Euro, 1.000 euro untuk tempattinggal, 1.000 Euro untuk makan, 500 Euro untuk hiburan.''Lalu sisa 500 Euro untuk apa?', tanya orang Indonesia . Orang Eropamenjawab secara ketus, 'Oh.. itu urusan saya, Anda tidak berhak bertanya!'
Kemudian orang Eropa berbalik bertanya. 'Kalau anda bagaimana?''Gaji saya Rp 950 ribu, Rp 450 ribu untuk tempat tinggal, Rp 350 ribuuntuk makan, Rp 250 ribu untuk transport, Rp 200 ribu untuk sekolahanak, Rp 200 ribu untuk bayar cicilan pinjaman, Rp100 ribu untuk...'.Penjelasan orang Indonesia terhenti karena orang Eropa menyetoppenjelasan itu dan langsung bertanya.'Uang itu jumlahnya sudah melampui gaji anda. Sisanya dari mana?',kata orang Eropa itu keheranan.Kemudian, orang Indonesia itu menjawab dengan enteng, 'Begini Mister,tentang uang yang kurang, itu urusan saya, anda tidak berhakbertanya-tanya, '.
Spontan hadirin tertawa, termasuk Prof James Foxyang tertawa hingga terpingkal-pingkal

Selasa, Mei 27, 2008

Bangsa yang Bangkit

Oleh : Didin Hafiduddin
Di antara peristiwa besar yang terjadi pada bulan Mei ini adalah peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei. Terlepas dari usulan sejumlah pakar untuk me-review ulang catatan sejarah, di mana organisasi modern seperti Serikat Dagang Islam yang juga berwawasan kebangsaan muncul terlebih dahulu, peristiwa kebangkitan Nasional tersebut layak untuk diambil hikmahnya. Bagaimanapun, ia merupakan fenomena yang menjadi tonggak penting perjuangan rakyat Indonesia dalam menghadapi penjajahan Belanda. Keberadaannya telah menjadi momentum sejarah yang tidak terlupakan.
Dalam konteks saat ini, momentum 100 tahun Harkitnas tersebut diharapkan akan mendorong dan menstimulasi kebangkitan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai krisis dan permasalahan berat yang dihadapinya, mulai dari persoalan ekonomi, politik, sosial, budaya, terutama juga dalam menghadapi kenaikan BBM yang telah diumumkan pemerintah pada malam Sabtu kemarin. Sebuah harapan dan optimisme yang harus terus ditumbuhkan. Bagaimanapun, sikap pesimis dan mudah putus asa merupakan cerminan perilaku kufur seseorang (QS 12: 87). Menjadi bangsa yang bangkit merupakan harapan dan keinginan seluruh masyarakat. Namun, kebangkitan tersebut tidak akan memiliki makna manakala tidak diikuti dengan berbagai upaya perbaikan secara terus-menerus. Inilah yang menjadi inti dari Kebangkitan Nasional, yaitu perbaikan kondisi bangsa ke arah yang lebih positif.
Untuk itu, ajaran Islam telah menawarkan konsep ishlah sebagai intisari dari perbaikan dan perubahan yang mencakup beberapa aspek penting dan strategis.
Ishlah pertama, ishlahul `aqidah, yaitu memperbaiki akidah dan keyakinan bangsa terhadap kebenaran ayat-ayat Allah SWT. Ini adalah hal yang sangat fundamental dalam kehidupan seorang Muslim. Akidah merupakan variabel dasar yang mampu menggerakkan manusia untuk senantiasa memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran dalam berbagai situasi dan kondisi. Allah SWT telah membuat perumpamaan kalimat tauhid yang menjadi pokok dasar akidah dan keyakinan seorang Muslim, yaitu bagaikan pohon yang baik di mana ia memiliki akar yang kokoh dan cabang yang menjulang tinggi ke langit (QS 14: 24).
Kedua, ishlahul `ibadah, yaitu memperbaiki kualitas ibadah secara berkesinambungan. Masyarakat harus didorong untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT secara konsisten. Tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Nya (QS 51:56). Yang menarik adalah Islam selalu mengaitkan kualitas ibadah seseorang dengan perilakunya. Banyak ayat dan hadis yang menunjukkan hal tersebut. Misalnya, dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, ''Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia memuliakan tetangganya.'' (HR Thabrani). Adanya korelasi yang kuat antara kesalehan individual dengan kesalehan sosial mengindikasikan bahwa memperbaiki kualitas ibadah pada dasarnya merupakan upaya untuk memperbaiki perilaku sosial masyarakat.
Ketiga adalah ishlahul `aailah, yaitu memperbaiki keluarga. Sebagai unsur terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki peran yang sangat strategis sebagai benteng pertahanan moral. Masyarakat yang kuat adalah masyarakat yang ditopang oleh keluarga yang kuat. Salah satu sebab tingginya angka penyalahgunaan narkoba dan perilaku menyimpang lainnya di kalangan remaja dan pemuda adalah rapuhnya kondisi keluarga mereka. Karena itu, pendidikan keluarga menjadi variabel yang tidak boleh diabaikan. Orang tua harus dapat memerankan diri sebagai contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Apa yang diucapkan, itulah yang dikerjakannya. Keteladanan seperti inilah yang diyakini mampu meningkatkan daya tahan sebuah keluarga di dalam menghadapi berbagai gejolak dan problematika sosial yang semakin kompleks.
Yang keempat adalah ishlahul mu'aamalah, yaitu perbaikan muamalah, termasuk memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, dan
lain-lain. Harus disadari bahwa penyebab utama keterpurukan ekonomi bangsa adalah praktik-praktik ekonomi yang bertentangan dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Untuk memperbaiki kondisi perekonomian bangsa, sudah saatnya ekonomi syariah diberi ruang yang lebih besar dalam berperan. Zakat, misalnya, jika mampu dikelola dengan baik melalui institusi amil yang amanah dan profesional, diyakini akan dapat mengurangi kemiskinan secara signifikan. Demikian pula dengan perbankan syariah yang sampai saat ini mampu menjalankan peran intermediasi antara sektor keuangan dengan sektor riil secara lebih baik, bila dibandingkan dengan perbankan konvensional. Belum lagi dengan potensi wakaf yang sedemikian luar biasa. Bangsa ini tidak perlu ragu lagi untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai panglima perekonomian negara.
Kelima, ishlahul ukhuwwah, yaitu memperbaiki ukhuwah atau persaudaraan antarsesama anggota masyarakat. Harus ditumbuhkan perasaan empati dan senasib sepenanggungan antarwarga negara. Yang kaya peduli dengan yang miskin, yang berkuasa peduli dengan rakyatnya. Namun, harus disadari bahwa ukhuwah ini bukan barang jadi. Ia merupakan hasil dari proses pembinaan yang dilakukan secara terus-menerus. Salah satu institusi yang dapat dijadikan sebagai media penguatan ukhuwah adalah masjid. Kebiasaan untuk shalat berjamaah di masjid harus terus-menerus didorong dan dikembangkan. Insya Allah, masyarakat yang terbiasa shalat berjamaah akan menjadi masyarakat yang solid, tangguh, dan mencintai kebaikan.
Dan, yang keenam adalah ishlahul imamah, yaitu perbaikan kepemimpinan. Sudah saatnya para pemimpin bangsa ini didorong untuk memiliki keberpihakan yang kuat kepada rakyatnya. Sesulit apa pun kondisi yang dihadapi, berpihak pada rakyat kecil merupakan sebuah keharusan. Karena, hal inilah yang akan mengundang pertolongan dan rezeki dari Allah SWT (alhadis). Demikian pula dengan perilaku amanah. Setiap pemimpin harus menyadari pentingnya berperilaku amanah karena ia memiliki korelasi kuat dengan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, perilaku khianat hanya akan mendatangkan kemiskinan dan kesengsaraan (alhadis). Wallahu'alam.

Senin, Mei 26, 2008

Kantor Saya Remang-Remang

Secara resmi saya sudah kembali magang 12 hari setelah 2 bulan 10 hari berjibaku di bumi Pusdiklat Pajak. Yang terpikirkan pertama waktu saya menginjakkan kaki lagi disini adalah "Kantor lagi musim dingin ya??". Wuih... beneran dingin banget!!! Biasanya saya lumayan tahan dingin soalnya persediaan lemak di badan saya sangat melimpah (gitu kok bangga). Tapi sodara-sodara... saya kedinginan. Menurut prediksi pakar per-AC-an lantai 10, AC sentral di stel di suhu 23-an. What!!! Bukannya pemerintah lagi giat-giatnya menggalakkan penghematan ya?? Kalo gini kan namanya pemborosan. Apalagi saya liat ada beberapa pegawai yang memakai jaket sepanjang hari. Waktu saya tanya beliau menjawab kedinginan. Inefisiensi tingkat akut.
Akhirnya grundelan saya terjawab sudah. Hari sabtu kemarin terbit surat dari Dirjen saya soal laporan pemakaian daya dan jasa listrik, air, dan telepon, dan langkah2 penghematan angaran dan energi. Yang di atur dalam surat itu adalah mengenai penggunaan lampu, AC, lift, komputer, barang elektronik lainnya, telepon/faks, air, dan kendaraan dinas. Hal yang paling saya soroti adalah mengenai penggunaan komputer, lampu, dan AC.
Untuk penggunaan komputer, pegawai ga boleh maen game dan harus membumi-hanguskan setiap installan game yang ada di kompinya masing-masing. Ga boleh internet browsing untuk hal-hal yang tidak produktif, masang auto-stanby untuk jangka waktu paling lama 5 menit, dan wajib matiin kompi atau printer kalo ga dipake atau pas jam pulang.
Untuk penggunaan AC, AC sentral cuma dinyalakan antara jam 8-16.30, selebihnya AC split yang nyala. Suhu ruangan di atur paling rendah 25* C (yeah... aq ga kedinginan lagi!!). Ga boleh ada pintu atau jendela yang kebuka pas AC nyala.
Nah ini yang terakhir soal lampu diharapkan memanfaatkan semaksimal mungkin pencahayaan dari matahari selain tentu saja menggunakan lampu hemat energi. Dan hasilnya??? Cuma separo dari jumlah lampu yang ada di ruangan saya yang nyala. Selebihnya?? Dibunuh... Kantor saya sekarang jadi remang-remang...
Semoga sih langkah ini konsisten, bukan cuma upaya musiman.

3 Bulan Lagi...

Ada yang tahu 3 bulan lagi akan ada kejadian apa???
bukan hari lahir saya (udah lewat)
bukan penempatan kerja saya (semoga tidak selama itu)
bukan pula pernikahan saya (eh ga tahu juga sih)
3 bulan lagi Ramadhan akan menjumpai kita. Astaghfirullahaladzim... Saya benar-benar tidak sadar waktu begitu cepat berlalu. Sudah sedekat inikah??? Saya belum punya persiapan apa-apa. Bahkan semangat Ramadhan tahun kemarinpun belum berhasil saya tumbuhkan dalam hati saya. Bagaimana ini??? Ahh... manajemen waktu saya memang jelek.. Ya Allah ampuni hamba-Mu ini....
Selain ibadah saya yang masih jauh dari sempurna, hati saya juga deg-degan karena sampai dengan detik ini belum ada keputusan soal dimanakah nanti saya akan ditempatkan. Dimanakah saya akan menjalani Ramadhan??? Masihkah di Jakarta? di Batang? Atau di negeri antah-berantah yang belum saya ketahui namanya? Atau saya sudah tidak ada di dunia ini lagi? Saya tidak tahu. Saya pasrah apapun nanti yang terjadi. Saya hanya berdoa dimanapun nantinya saya berada semoga Allah selalu bersama saya (serius mode on)
Ayo kumpulkan lagi semangat Ramadhan yang terserak!!! Jadikan setiap detik berarti...
Ya Allah perjumpakanlah hamba dengan Ramadhan tahun ini....

Kenapa Ga Mau Mbak ???

Tadi malem saya di traktir di restoran pizza di Bintaro Plaza karena 2 adek kos saya baru saja bertambah usia. Agak bosen waktu nunggu mereka dateng karena sepulang kantor saya di daulat untuk booking tempat dan ternyata mereka pada baru dateng 30 menit kemudian. Tapi rasa bosan saya terobati dengan hidangan pizza yang bikin perut keroncongan saya terpuaskan. Lumayan menghemat pengeluaran untuk hari ini. Sebenarnya setelah makan, kami berencana untuk nonton Narnia. Tapi dengan berat hati saya menolak.
Itu pertanyaan yang tadi malem di tanyain adek kos saya (sebut saja namanya Tika) waktu saya menolak traktiran nonton Narnia di Bioskop Bintaro Plaza. Saya agak bingung juga jawabnya sampai akhirnya yang keluar dari mulut saya cuma jawaban, "Males". Trus Tika tanya, "Emang ga boleh ya mbak nonton di bioskop?". Saya tertawa saja mendengar pertanyaan itu. Kenapa harus ditangkap kalo nonton itu ga boleh waktu saya bilang tidak. Sambil senyum saya jawab, "Ga kok"
Setahu saya memang tidak ada dalil atau fatwa yang mengharamkan seorang muslim untuk nonton di bioskop. Toh membuat film juga bukan aktifitas haram. Hanya saja melihat tayangan apa saja yang ditawarkan bioskop saya memutuskan untuk membatasi persinggungan saya dengan ruangan bernama bioskop. Lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Itu kata saya. Saya juga penggemar film, hanya saja saya lebih suka untuk melahap film lewat TV atau DVD. Selain jauh lebih murah, waktu nonton-nya juga bisa saya atur sendiri.
Kalo saya ingat-ingat sampai detik ini baru 3 kali saya nonton film di Bioskop yaitu nonton Titanic di Bioskop Srikandi, Batang pas saya kelas 1 SMP (beberapa minggu setelah saya nonton bioskop ini dirobohkan). Trus nonton Petualangan Sherina di 21 Pekalongan waktu saya kelas 3 SMP. Dan terakhir nonton AADC di 21 Pekalongan waktu saya kelas 1 SMA (tau ga setelah itu bioskop ini kebakaran). Setelah insiden kebakaran bioskop 21 itu praktis tidak ada bioskop yang layak tonton lagi di Pekalongan ataupun Batang. Mungkin kalau 21 ga terbakar rekor nonton saya bakal bertambah (hehehe).
Bisa dibilang ada 2 hal yang menghalangi saya untuk nonton. Yang pertama aja jam tayang yang sering tidak bersahabat. Tahu kan kalo kadang jadwal bioskop sering tidak bersahabat. Kadang selesai kemaleman lah atau nglanggar waktu sholat. Yang kedua adalah filmya itu sendiri. Sampai sekarang saya masih menganggap belum ada film yang layak memaksa saya merogoh kocek untuk membeli tiket bioskop. Beberapa waktu yang lalu saya sempet ingin nonton Naga Bonar versi repackage (buat saya film seperti ini yang layak tonton di bioskop). Cuma waktu saya merogoh kocek saya ternyata ga ada isinya alias saya lagi bokek. Batal deh. Mungkin jika nanti film Laskar Pelangi atau film Sang Murabbi tayang saya akan kembali memasuki bioskop. Tapi ini masih mungkin lho.

Sabtu, Mei 24, 2008

Kata itu...

Akhir pekan memang selalu saya nanti-nantikan (bahkan mungkin yang seluruh orang nantikan). Sabtu pagi ini setelah saya berkumpul kembali dengan kawan-kawan saya dalam arisan The Circle of Love, saya bersepeda berdua dengan Mrs. Q. Bersepeda di kampus memang sangat menyenangkan apalagi setelah 5 hari bergelut dengan rutinitas (maaf saya masih menyebut pemagangan saya sebagai rutinitas bukan aktifitas) kerja. Sekitar jam 11 Mrs. Q mengantar saya sampai di Gerbang PJMI Bintaro dan sayapun berjalan kaki menuju kos-kosan saya.

Ketika saya melintasi jalan Cendrawasih Raya, saya melihat sekelompok anak SD yang mengenakan baju pramuka. Terkadang melihat tingkah polah mereka membuat saya merasa lebih muda beberapa tahun. Sampai akhirnya saya harus mendengar salah seorang di antara mereka menyebut satu kata “a*nj*n* lo!!”. Beneran saya kaget. Meskipun sebenarnya kata ini biasa diucapkan warga kota ini (jujur saja saya tetap merasa tidak biasa). Saya kaget karena yang mengucapkan itu adalah seorang anak yang masih duduk di bangku SD dan saya perkirakan masih berumur 10 tahunan. Sedih sekali.

Sekejab ingatan saya beralih ke beberapa tahun silam, saat saya masih ada di Kota Batang. Ketika saya kecil Ibu saya pasti akan menyentil mulut saya jika saya mengucapkan perkataan kotor atau kasar (kadang saya terpengaruh oleh kawan saya). Jujur rasanya sakit sekali. Dan setelah itu biasanya saya berhenti mengucapkan kata itu. Kapok!!!

Saya tidak tahu bagaimana kondisi anak-anak itu ketika di rumah. Apakah orang tua mereka tahu apa saja yang diucapkan oleh anak-anak mereka. Ataukah mereka tidak ambil pusing?? Bukankah anak-anak itu yang akan meneruskan estafet pembangunan negeri ini?? Ini memang bukan urusan prestasi akademis tetapi ini adalah moralitas, hal yang justru jauh lebih penting daripada sekedar nilai yang tercantum di raport atau kertas ujian. Bukankah moralitas adalah permasalahan terbesar yang dihadapi negeri ini??? Dan problema itu sudah menjangkiti anak SD. Miris saya…

Saya selalu berdoa semoga segera diturunkan Generasi 5-54 di negeri ini. Yaitu generasi yang Allah mencintainya dan merekapun mencintai Allah. Yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang beriman dan bersikap keras kepada orang-orang kafir. Yang berjihad di jalan Allah dan tidak takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela.

Dan kepada adekku sayang… semoga kemurnianmu tidak dikotori oleh kami, generasi tua yang seharusnya mengajarkanmu dengan nilai-nilai positif, yang seharusnya memberikan teladan yang baik untuk kalian.

Maafkan kami adekku…maafkan kami…

Bukankah Ukhuwah itu Memang Indah???

Hari senin tanggal 19 Mei kemarin saya harus pulang kantor dengan menggunakan bis umum karena bis jemputan yang biasanya saya naiki sedang direparasi. Saya agak telat pulang karena waktu itu saya turun dari lantai 10 dengan menggunakan tangga (lumayan capek sih tapi nyenengin). Dengan separo berlari saya segera menuju ke gerbang kantor berharap ada kopaja 66 yang menanti saya disana. Tapi ternyata saya harus menunggu beberapa lama. Bis yang saya nantipun akhirnya datang. Tak butuh waktu lama untuk sampai di Blok M walaupun lalu lintas saat itu cukup padat. Saya masih menganggap itu waktu tempuh normal dengan bis pada saat peak-hour.

Di Blok M saya segera mencari Metromini 71, bis yang saya nanti tiba dan ternyata kosong jadi saya bisa mencari tempat duduk impian (dekat jendela dan jendela itu bisa dibuka). Agak sebel juga naik bis ini. Tau kenapa??? Bis ini menerobos jalur kanan dua kali yaitu di perempatan Gandaria dan pertigaan Gandaria-Arteri PI. Ingin sekali marah sama Bang Sopir hanya saja posisi saya tak memungkinkan. Akhirnya saya cuma bisa ngedumel dengan penumpang yang ada di sebelah saya. Yach beginilah angkutan Jakarta. Sah-sah saja menerobos lampu atau jalur kanan selama tidak ada polisi disitu. (inikah mentalitas masyarakat negeri ini???)

Sampailah saya di tempat tujuan yaitu rel kereta api Pasar Bintaro. Saat itu sudah maghrib jadi saya putuskan untuk Sholat dulu di masjid dekat situ. Pada saat saya hendak beranjak pulang ternyata ada kereta yang lewat, sayapun harus menunggu lama sampai palang pintu rel dibuka kembali. Saya sudah membayangkan berapa lama saya harus menunggu angkot 05 atau 09 karena biasanya setelah kereta lewat di rel ini lalu lintas bakalan macet paling tidak untuk 30 menit. Saya sih berdoanya semoga ada angkot yang bisa meloloskan diri dari kemacetan ini agar saya bisa segera pulang (Amien..).

Ternyata saya memang harus menunggu lama, 15 menit berlalu dan saya belum mendapat angkot. Di saat itulah tiba-tiba ada seorang wanita memakai jilbab lebar, jaket, helm besar, dan menutup mulutnya dengan sapu tangan (berarti si mbak itu baru berkendara jarak jauh) berhenti di dekat saya dan menawarkan tumpangan untuk saya. Saya masih agak bingung dan mencoba menerka siapakah si mbak itu, apa saya kenal? Saya menyebutkan satu nama yang kira2 punya wajah mata (hanya bagian wajah ini yang bisa saya lihat) mirip dengan si mbak tersebut. Dia menjawab bukan. Ternyata si mbak itu hendak pulang ke rumahnya di Jalan Pesantren. Memang masih jalur dengan kos-kosan saya sih. Si mbak itu memperkenalkan dirinya dengan nama Mbak Ina setelah saya bertanya siapa namanya. Akhirnya saya putuskan untuk nebeng Mbak Ina pulang karena saya tidak melihat tanda-tanda kemacetan ini akan segera selesai.

Di jalan saya tidak terlalu banyak mengobrol dengan Mbak Ina. Saya hanya berpikir betapa baiknya Mbak Ina karena bersedia memberikan tumpangan kepada seorang kawan yang sama sekali belum dia kenal. Sebenarnya saya ingin menanyakan nomor HP atau alamat lengkapnya, kalau-kalau suatu saat saya bisa menelpon atau maen ke rumahnya tapi ternyata tidak bisa karena mbak Ina harus konsentrasi menerobos kemacetan si sepanjang jalan menju ceger. Maklum selain banyak angkutan yang beroperasi disana, kualitas jalannya juga tidak bisa dibilang bagus (jelek banget malah). Saya di drop di depan komplek PJMI. Cukup singkat saya mengenal Mbak Ina karena saat itu dia segera memacu motornya dengan kencang, kondisi jalan memang sedang macet-macetnya. Saya hanya memandang dari jarak jauh orang yang telah menolong saya. Bahkan sayapun tidak bisa melihat wajahnya. Dalam hati saya berdoa semoga semakin banyak Mbak Ina – Mbak Ina yang lain di negeri ini dan di seluruh dunia yang dengan tulus menolong orang lain meskipun orang itu belum dikenalnya. Yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri (seperti sopir metromini itu) tapi bagaimana bisa hidup berdampingan dengan orang lain dengan dilandasi dengan tolong-menolong. Semoga hidupmu diberkahi Mbak dan semoga Allah memberi balasan terbaik atas segala kebaikanmu. Bukankah ukhuwah itu memang indah???