Rabu, Mei 28, 2008
Gaji Sebenarnya Orang Indonesia
Selasa, Mei 27, 2008
Bangsa yang Bangkit
Senin, Mei 26, 2008
Kantor Saya Remang-Remang
3 Bulan Lagi...
Kenapa Ga Mau Mbak ???
Sabtu, Mei 24, 2008
Kata itu...
Akhir pekan memang selalu saya nanti-nantikan (bahkan mungkin yang seluruh orang nantikan). Sabtu pagi ini setelah saya berkumpul kembali dengan kawan-kawan saya dalam arisan The Circle of Love, saya bersepeda berdua dengan Mrs. Q. Bersepeda di kampus memang sangat menyenangkan apalagi setelah 5 hari bergelut dengan rutinitas (maaf saya masih menyebut pemagangan saya sebagai rutinitas bukan aktifitas) kerja. Sekitar jam 11 Mrs. Q mengantar saya sampai di Gerbang PJMI Bintaro dan sayapun berjalan kaki menuju kos-kosan saya.
Ketika saya melintasi jalan Cendrawasih Raya, saya melihat sekelompok anak SD yang mengenakan baju pramuka. Terkadang melihat tingkah polah mereka membuat saya merasa lebih muda beberapa tahun. Sampai akhirnya saya harus mendengar salah seorang di antara mereka menyebut satu kata “a*nj*n* lo!!”. Beneran saya kaget. Meskipun sebenarnya kata ini biasa diucapkan warga kota ini (jujur saja saya tetap merasa tidak biasa). Saya kaget karena yang mengucapkan itu adalah seorang anak yang masih duduk di bangku SD dan saya perkirakan masih berumur 10 tahunan. Sedih sekali.
Sekejab ingatan saya beralih ke beberapa tahun silam, saat saya masih ada di Kota Batang. Ketika saya kecil Ibu saya pasti akan menyentil mulut saya jika saya mengucapkan perkataan kotor atau kasar (kadang saya terpengaruh oleh kawan saya). Jujur rasanya sakit sekali. Dan setelah itu biasanya saya berhenti mengucapkan kata itu. Kapok!!!
Saya tidak tahu bagaimana kondisi anak-anak itu ketika di rumah. Apakah orang tua mereka tahu apa saja yang diucapkan oleh anak-anak mereka. Ataukah mereka tidak ambil pusing?? Bukankah anak-anak itu yang akan meneruskan estafet pembangunan negeri ini?? Ini memang bukan urusan prestasi akademis tetapi ini adalah moralitas, hal yang justru jauh lebih penting daripada sekedar nilai yang tercantum di raport atau kertas ujian. Bukankah moralitas adalah permasalahan terbesar yang dihadapi negeri ini??? Dan problema itu sudah menjangkiti anak SD. Miris saya…
Saya selalu berdoa semoga segera diturunkan Generasi 5-54 di negeri ini. Yaitu generasi yang Allah mencintainya dan merekapun mencintai Allah. Yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang beriman dan bersikap keras kepada orang-orang kafir. Yang berjihad di jalan Allah dan tidak takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela.
Dan kepada adekku sayang… semoga kemurnianmu tidak dikotori oleh kami, generasi tua yang seharusnya mengajarkanmu dengan nilai-nilai positif, yang seharusnya memberikan teladan yang baik untuk kalian.
Maafkan kami adekku…maafkan kami…
Bukankah Ukhuwah itu Memang Indah???
Di Blok M saya segera mencari Metromini 71, bis yang saya nanti tiba dan ternyata kosong jadi saya bisa mencari tempat duduk impian (dekat jendela dan jendela itu bisa dibuka). Agak sebel juga naik bis ini. Tau kenapa??? Bis ini menerobos jalur kanan dua kali yaitu di perempatan Gandaria dan pertigaan Gandaria-Arteri PI. Ingin sekali marah sama Bang Sopir hanya saja posisi saya tak memungkinkan. Akhirnya saya cuma bisa ngedumel dengan penumpang yang ada di sebelah saya. Yach beginilah angkutan Jakarta. Sah-sah saja menerobos lampu atau jalur kanan selama tidak ada polisi disitu. (inikah mentalitas masyarakat negeri ini???)
Sampailah saya di tempat tujuan yaitu rel kereta api Pasar Bintaro. Saat itu sudah maghrib jadi saya putuskan untuk Sholat dulu di masjid dekat situ. Pada saat saya hendak beranjak pulang ternyata ada kereta yang lewat, sayapun harus menunggu lama sampai palang pintu rel dibuka kembali. Saya sudah membayangkan berapa lama saya harus menunggu angkot 05 atau 09 karena biasanya setelah kereta lewat di rel ini lalu lintas bakalan macet paling tidak untuk 30 menit. Saya sih berdoanya semoga ada angkot yang bisa meloloskan diri dari kemacetan ini agar saya bisa segera pulang (Amien..).
Ternyata saya memang harus menunggu lama, 15 menit berlalu dan saya belum mendapat angkot. Di saat itulah tiba-tiba ada seorang wanita memakai jilbab lebar, jaket, helm besar, dan menutup mulutnya dengan sapu tangan (berarti si mbak itu baru berkendara jarak jauh) berhenti di dekat saya dan menawarkan tumpangan untuk saya. Saya masih agak bingung dan mencoba menerka siapakah si mbak itu, apa saya kenal? Saya menyebutkan satu nama yang kira2 punya wajah mata (hanya bagian wajah ini yang bisa saya lihat) mirip dengan si mbak tersebut. Dia menjawab bukan. Ternyata si mbak itu hendak pulang ke rumahnya di Jalan Pesantren. Memang masih jalur dengan kos-kosan saya sih. Si mbak itu memperkenalkan dirinya dengan nama Mbak Ina setelah saya bertanya siapa namanya. Akhirnya saya putuskan untuk nebeng Mbak Ina pulang karena saya tidak melihat tanda-tanda kemacetan ini akan segera selesai.
Di jalan saya tidak terlalu banyak mengobrol dengan Mbak Ina. Saya hanya berpikir betapa baiknya Mbak Ina karena bersedia memberikan tumpangan kepada seorang kawan yang sama sekali belum dia kenal. Sebenarnya saya ingin menanyakan nomor HP atau alamat lengkapnya, kalau-kalau suatu saat saya bisa menelpon atau maen ke rumahnya tapi ternyata tidak bisa karena mbak Ina harus konsentrasi menerobos kemacetan si sepanjang jalan menju ceger. Maklum selain banyak angkutan yang beroperasi disana, kualitas jalannya juga tidak bisa dibilang bagus (jelek banget malah). Saya di drop di depan komplek PJMI. Cukup singkat saya mengenal Mbak Ina karena saat itu dia segera memacu motornya dengan kencang, kondisi jalan memang sedang macet-macetnya. Saya hanya memandang dari jarak jauh orang yang telah menolong saya. Bahkan sayapun tidak bisa melihat wajahnya. Dalam hati saya berdoa semoga semakin banyak Mbak Ina – Mbak Ina yang lain di negeri ini dan di seluruh dunia yang dengan tulus menolong orang lain meskipun orang itu belum dikenalnya. Yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri (seperti sopir metromini itu) tapi bagaimana bisa hidup berdampingan dengan orang lain dengan dilandasi dengan tolong-menolong. Semoga hidupmu diberkahi Mbak dan semoga Allah memberi balasan terbaik atas segala kebaikanmu. Bukankah ukhuwah itu memang indah???
Kamis, Mei 15, 2008
Cara Menikmati Kebosanan
====================================================================
Ini sebuah cerita ringan tentang kebosanan.
Seorang tua yang bijak ditanya oleh tamunya.
Tamu : “Sebenarnya apa itu perasaan ‘bosan’, pak tua?”
Pak Tua : “Bosan adalah keadaan dimana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu.”
Tamu : “Kenapa kita merasa bosan?”
Pak Tua : “Karena kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang kita miliki.”
Tamu : “Bagaimana menghilangkan kebosanan?”
Pak Tua : “Hanya ada satu cara, nikmatilah kebosanan itu, maka kita pun akan terbebas darinya.”
Tamu : “Bagaimana mungkin bisa menikmati kebosanan?”
Pak Tua: “Bertanyalah pada dirimu sendiri: mengapa kamu tidak pernah bosan makan nasi yang sama rasanya setiap hari?”
Tamu : “Karena kita makan nasi dengan lauk dan sayur yang berbeda, Pak Tua.”
Pak Tua : “Benar sekali, anakku, tambahkan sesuatu yang baru dalam rutinitasmu maka kebosanan pun akan hilang.”
Tamu: “Bagaimana menambahkan hal baru dalam rutinitas?”
Pak Tua : “Ubahlah caramu melakukan rutinitas itu. Kalau biasanya menulis sambil duduk, cobalah menulis sambil jongkok atau berbaring. Kalau biasanya membaca di kursi, cobalah membaca sambil berjalan-jalan atau meloncat-loncat. Kalau biasanya menelpon dengan tangan kanan, cobalah dengan tangan kiri atau dengan kaki kalau bisa. Dan seterusnya.”
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa hari kemudian Tamu itu mengunjungi Pak Tua lagi.
Tamu : “Pak tua, saya sudah melakukan apa yang Anda sarankan, kenapa saya masih merasa bosan juga?”
Pak Tua : “Coba lakukan sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan.”
Tamu : “Contohnya?”
Pak Tua : “Mainkan permainan yang paling kamu senangi di waktu kecil dulu.”
Lalu Tamu itu pun pergi.
Beberapa minggu kemudian, Tamu itu datang lagi ke rumah Pak Tua.
Tamu : “Pak tua, saya melakukan apa yang Anda sarankan. Di setiap waktu senggang saya bermain sepuas-puasnya semua permainan anak-anak yang saya senangi dulu. Dan keajaiban pun terjadi. Sampai sekarang saya tidak pernah merasa bosan lagi, meskipun di saat saya melakukan hal-hal yang dulu pernah saya anggap membosankan. Kenapa bisa demikian, Pak Tua?”
Sambil tersenyum Pak Tua berkata: “Karena segala sesuatu sebenarnya berasal dari pikiranmu sendiri, anakku. Kebosanan itu pun berasal dari pikiranmu yang berpikir tentang kebosanan. Saya menyuruhmu bermain seperti anak kecil agar pikiranmu menjadi ceria. Sekarang kamu tidak merasa bosan lagi karena pikiranmu tentang keceriaan berhasil mengalahkan pikiranmu tentang kebosanan. Segala sesuatu berasal dari pikiran. Berpikir bosan menyebabkan kau bosan. Berpikir ceria menjadikan kamu ceria.”
Rabu, Mei 14, 2008
Qisthi VS Adli
Bismillah ar-Rahman ar-Rahim
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil [red: qisthi] terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil [red: adli], maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
[Surat an-Nisaa' (4) ayat 3]
Sebenarnya saya agak bosan menulis tentang ayat ini. Maklum, ayat ini termasuk ayat yang terlalu banyak didebatkan. Namun saya akan menuliskan sisi lain ayat ini.
Dalam ayat ini ada dua kata yang berbeda namun diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi kata yang sama. Jujur saja, saya sendiri masih kesusahan dalam menjelaskan kedua kata ini.
Qisthi, adalah kondisi adil di mana semua pihak yang bersengketa puas setelah persengkataan terselesaikan oleh pihak hakim. Sebagai misal, kalau saja kita punya anak kembar dengan umur yang sama, maka kita beri keduanya uang saku yang sama. Dengan begini keduanya mendapatkan ke-qisthi-an.
Beda lagi dengan adli, salah satu pihak yang bersengketa, pasti masih tidak puas. Dalam kasus ini, misal punya 2 istri. Yang satu tidak punya anak, yang satunya lagi punya 2 anak. Tentu saja sang suami, sebagai pihak hakim dalam hal ini, memutuskan memberi uang belanja yang lebih banyak pada istri yang punya anak. Dan hal ini, keputusan ini sudah bisa dikatakan sebagai adli, meskipun pihak istri yang tidak punya anak tidak puas.
Pencampur-adukan dua kata ini sebenarnya sudah lama terjadi, dan saya sudah mau menjelaskannya dulu, waktu ramai-ramainya kasusnya A'a. Tapi berhubung waktu itu ada yang protes gara-gara saya terlalu banyak membahas kasus tersebut, maka saya menghentikannya. Dan kali ini saya tulis kembali ayat tersebut, karena ada yang menanyakannya lagi, padahal sudah diputuskan, kasus ditutup.
=================================================================================================================
Akhirnya saya menemukan arti sebenarnya dari nama saya. Saya sempat berpikir Qisthi dan adli itu sama tapi kenapa di Al Quran dua kata itu cukup sering disebutkan bergantian. Saya telah menemukan pembedanya. Dengan segala hormat ini saya kutip tanpa editing dari kholimi-id.blogspot.com.
Jazzakallah mas...
Saya Memang Gampang Kecewa
Saya kecewa karena saya merasa ilmu yang saya dapatkan selama 2 bulan 10 hari diklat tidak terpakai (paling tidak sampai setik ini). Dulu ketika saya memulai magang di tempat ini saya sempat dibuat kebingungan karena dihadapkan pada kerjaan yang saya tidak kuasai ilmunya. Ini apaan ya??? Pertanyaan seperti itu yang sering muncul. Sehingga akhirnya saya hampir bekerja seperti robot. Hanya menyalin dan membuat versi singkat dari apa yang saya lihat. Tanpa analisis. tanpa penelaahan, tanpa ketajaman. HANYA MENYALIN DAN MERESUME.
Dan sekarang, ketika saya telah selesai meneguk ilmu pajak di tahap awal, saya tidak menemukan apa yang saya cari. Penyaluran ilmu. Ibarat teko yang ingin menuangkan tehnya ke cangkir. Saya hanya ingin itu untuk saat ini. Saya ingin segera bermanfaat untuk orang (dengan mempraktekan ilmu). Hanya itu
Tapi mungkin sekarang ini saya memang tetap dalam tahap mengisi teko saya. Belum saatnya saya menuang isinya karena mungkin masih sangat sedikit. Saya masih dalam tahap observer bukan eksekutor. Saya terlalu terburu-buru. Saya memang gampang kecewa hanya karena hal-hal kecil. Padahal ada pintu pengobat kekecewaan lain yang bisa saya buka. Yaitu pintu PEMBELAJARAN bukan pintu AKTUALISASI. Alhamdulillah saya masih bisa menemukan pintu itu sebelum kekecewaan saya menggunung.
Ini tentang Kota Saya
Saya jadi berpikir, eh iya ya kok saya bisa ga punya foto-foto Kota saya. Padahal pemandangan Batang luar biasa bagus. Saya lebih suka menikmatinya sendiri sampe-sampe lupa motret.
Sekedar informasi saja Batang itu nama salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Ga terlalu terkenal sih tapi justru karena ketidakterkenalannya itulah yang membuat saya selalu ingin pulang. Kota kayak gitu kan langka. Hwhehehehehehe... Kalo dilihat dari landscapenya Kotaku lumayan lengkap. Mulai dari daerah pantai sampe pegunungan ada semuanya karena wilayahnya terbentang dari pesisir pulau Jawa sampe dengan wilayah pegunungan di tengah Pulau Jawa.
Saya sendiri tinggal di Ibukota Kabupaten Batang, dekat dengan pantai. Di dekat rumah saya (4 Km bisa dibilang dekat kan ya??) ada 2 pantai yang cukup terkenal (Di Batang). Pantai Boom Lor dan Boom Wetan. Dua pantai ini dipisahkan oleh muara sungai. Pantai yang paling saya suka adalah Pantai Boom Wetan. Tau kenapa?? Karena tempat itu belum terlalu banyak terjamah manusia sehingga kebersihannya masih terjamin. Pantai itu hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki karena untuk menuju kesana harus melewati jembatan kayu selebar +/- 75cm yang bakal ambruk kalo digoyang terlalu kenceng. Jadi yang bisa lewat disitu cuma sepeda dan manusia. Jalanannya pun masih alami banget. Tanah basah selebar 50cm dengan pemandangan kebun melati dikanan-kirinya. Tapi itu 6 tahun lalu. Sekarang pantai itu sudah dibuka menjadi pantai wisata dengan nama Pantai Sigandu. Dan terkadang manusia memang senang membawa kerusakan dimana-mana. Pantai itu kini telah kotor...
Ini daftar keindahan pemandangan Kota Batang yang pernah saya jelajahi:
- Kawasan Perkebunan Teh Pagilaran (tidak pernah habis untuk dijelajahi)
- Perkebunan Kopi Tombo (ada satu titik disini dimana kita bisa melihat birunya Laut Jawa dari ketinggian)
- Negeri di atas Awan di Gerlang (sekali seumur hidup, saya tidak tahu apakah bisa kembali menemukan tempat itu)
- Air Terjun (banyak banget jadi ga saya sebutin satu-satu)
- Petak-petak sawah yang masih terbentang luas (ini lahan terbuka hijau dan kuning ^o^)
- Kawasan Hutan Jati di Subah (panas...)
- Hutan-hutan perawan di daerah selatan (ini masih lumayan banyak)
Sebenarnya masih banyak lagi tempat-tempat eksotis di Kota Batang. Hanya saja saya tidak punya dokumentasinya. Ini akan saya jadikan proyek sebelum penempatan. Tapi mau motret sama siapa ya??? Kalau sendiri berat euiy !!!
Senin, Mei 12, 2008
just wanna say... Assalamu'alaikum..
ini pertama kalinya saya ngepost di blog yang sudah saya hancurkan terlebih dahulu sebelum saya pake...
sedih banget rasanya... gimana ya cara benerinnya...
yach.. semoga saya bisa nemu cara buat mbenerin semuanya...